Keluarga dari Salatiga
- Rabu, 19 Juli 2017
- Dibaca 2239
Oleh : Yudhi Kurnia, S.T
Kegiatan awal tahun di TP : 2017/2018 di buka dengan kehadiran tamu istimewa, tamu yang sudah seperti keluarga yaitu saudara-saudara dari Kota Salatiga, bernama SMP Muhammadiyah Plus Salatiga. Datang dengan dua bis besar tiba pukul 04.00 WIB subuh pada tanggal 18 Juli 2017. Tak tanggung-tanggung seluruh stackholder SMP Muhammadiyah Plus Salatiga di boyong dimulai dari Pimpinan daerah, Majelis Dikdasmen, Kepala Sekolah, Guru dan para Peserta didik yang berjumlah 92 orang.
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sekolah yang masih bayi. Tahun ini adalah tahun pertama kelahirannya. Para peserta didik adalah angkatan pertama di sekolah tersebut. Sekolah ini di pimpin oleh Bapak Sutomo, seorang arsitek dan manager sekolah yang sangat berhasil. Beliau adalah Kepala Sekolah berprestasi tingkat nasional. Kesuksesannya di awali di saat memimpin SD Muhammadiyah Salatiga.
Aura kepemimpinan yang sangat kental terasa saat penulis untuk kali kedua bertemu dengan beliau di Komplek SD-SMP Muhammadiyah Antapani Bandung. Meski penulis baru merasakan ini adalah pertemuan pertama. Karena, saat desember 2016 tim dari Salatiga berkunjung untuk berkonsolidasi tentang perkembangan sekolah dengan pimpinan SD-SMP Muhammadiyah Antapani Bandung. Bulan tersebut SMP Muhammadiyah Plus Salatiga belum lahir, baru di TP 2017/2018 SMP Muhammadiyah Plus Salatiga muncul dan siap untuk berlari mengejar senior-seniornya yang telah lebih dahulu maju.
Kehadiran keluarga salatiga ini bertemakan student exchange. Sebuah kegiatan yang bernuansa saling tukar menukar pengalaman atau pembelajaran berharga. Sekolah muda menimba ilmu dari seniornya, seniornya menimba semangat 45 dari saudara mudanya. Nuansa hangat saling berbagi dan memberi begitu terasa di bawah basement, di atas panggung kedua pimpinan SMP Muhammadiyah 8 Bandung dan SMP Muhammadiyah Plus Salatiga saling mendorong dan menyemangati. Sekolah Muhammadiyah harus tumbuh dan berkembang dan dapat di terima di hati masyarakat.
Kepala SMP Muhammadiyah 8 Bandung Bapak Taofik Yusmansyah menjelaskan sejarah awal pembangunan komplek Muhammadiyah Antapani Bandung pada tahun 1987 silam. Satu masa yang sangat heroic para pimpinan Muhammadiyah Bandung masa dahulu harus berjuang untuk mendapatkan komplek tanah seluas 7000 meter persegi yang akan di bangun satu kawasan komplek Pendidikan. Komplek ini sejatinya telah di tawar oleh pihak dengan tawaran pembayaran secara cash. Namun, berkat pertolongan Allah SWT akhirnya kawasan dengan luas sekitar 7000 meter persegi ini berhasil di dapat meski dengan cara di cicil.
SMP Muhammadiyah 8 Bandung merupakan juniornya SD Muhammadiyah 7 Bandung yang terlebih dahulu lahir pada tahun 1987 dan disusul SMP berdiri pada tahun 1988. Kurang lebih 30 tahun Komplek Sekolah Muhammadiyah Antapani hadir di tengah masyarakat. Sebuah usia yang dewasa dan telah mampu bertahan dari gonjangan dan koyakan dari berbagai halang rintang. Alhamdulillah di saat sekolah lain yang mungkin masih khawatir dengan jumlah pendaftar yang akan masuk, komplek perguruan Muhammadiyah Antapani tidak begitu di sibukkan harus mencari peserta didik. Hal ini adalah peran dari semua stack holder, dari awal mula pembangunan sekolah. Sebuah hasil perjuangan dari pendahulu Muhammadiyah Antapani Bandung. Saat ini para kader yang berada di komplek perguruan muhammadiyah antapani tinggal menikmati buah perjuangan para sesepuh terdahulu. Mempertahankan prestasi sekolah baik dari segi pendidikan dan pembangunannya saat ini adalah kewajiban dari stack holder yang berada di dalamnya. Sebuah upaya yang mungkin tidak ada apa-apanya di bandingkan perjuangan para pendahulu masa lampau. Sebuah nilai sejarah yang harus menjadi motivasi bagi setiap stackholder di tingkat pimpinan, guru, karyawan dan harus mengakar kepada peserta didik yang menimba Ilmu di Komplek Perguruan Muhammadiyah Bandung.
SMP Muhammadiya Plus Salatiga merupakan sekolah baru, sekolah yang belum ada tingkat 8 apalagi 9. Semua peserta didiknya masih duduk di bangku kelas 7 dan mereka adalah angkatan pertama. Angkatan pendobrak, angkatan pionir, angkatan pejuang. Tidak mudah untuk meyakinkan para wali murid untuk masuk kesekolah yang baru seumur jagung, atau malah masih sebibit jagung yang baru di tanam. Namun, para punggawa Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga, kepala Sekolah, Guru berhasil meyakinkan para wali murid untuk dapat bergabung di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga. Sebuah keberanian dan juga keyakinan yang tidak ada duanya.
Kehadiran SMP Muhammadiyah Plus Salatiga dalam rangka Student Exchange ini merupakan terobosan berani untuk keluar dari kotak ( out the box) membawa serta peserta didik dengan jumlah tidak sedikit dan jarak yang fantastic memerlukan keberanian pemimpin yang di luar batas. Bapak Sutomo adalah sosok yang pemberani. Sosok inspiratif. Sosok pemimpin yang perlu di tiru sepak terjangnya dalam meningkatkan prestasi sekolah yang di pimpinnya.
Agenda student exchange di Bandung kali ini ternyata terdapat beberapa kegiatan, salah satunya adalah Workshop Angklung. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mengenalkan alat musik tradisional asli jawa barat yang sudah di akui oleh Unesco menjadi warisan dunia yang diturunkan di Jawa Barat. Para peserta didik SMP Muhammadiyah Plus Salatiga begitu antusias mengikuti kegiatan workshop ini. Bahkan, Kepala Sekolahnya pun tak mau ketinggalan untuk memainkan alat musik yang terbuat dari bambu ini.
Para peserta didik SMP Muhammadiyah Plus Salatiga pun seolah tak mau kalah ikut juga menyumbangkan karya terbaiknya melalui penampilan membaca puisi yang di iringi oleh alunan biola oleh siswa. Penampilan puisi yang sangat menarik, sang pembaca begitu menghayati perannya sebagai pembaca puisi. Sang musisi biola pun di bawa hanyut lantunan gesekan biolanya, sehingga banyak penonton yang terkesima.
Kegiatan SMP Muhammadiyah Plus Salatiga berlanjut dengan mengunjungi beberapa tempat Inspiratif rencananya adalah ke ITB Bandung, dan dilanjutkan Home Stat di Villa Cibodas. Sukses untuk keluarga dari Salatiga. Langkah kecil kalian adalah awal langkah besar di masa yang akan datang. Adik belajar dari kakak. Namun, suatu saat kakak akan belajar dari Adik.
*Antapani, 19 Juli 2017*