HIKMAH KELUAR DARI ZONA NYAMAN
  • Senin, 13 Februari 2017
  • Dibaca 2213

HIKMAH KELUAR DARI ZONA NYAMAN
Oleh Dani Setiawan

Bulan ini mata pelajaran seni budaya SMP Muhammadiyah 8 Bandung sedang memberikan materi tentang musik ansambel. Musik ansambel ialah penyajian musik secara bersama. Tujuan dari materi di atas adalah siswa dapat membedakan jenis musik ansambel, belajar memainkan alat musik tradisional dan modern serta memberikan pengalaman nyata dalam bermain musik bersama di sekolah. Karakter yang hendak dicapai dalam materi ini ialah dapat mewujudkan karakter tanggungjawab, kreatif, mandiri dan kerjasama.

Hal menarik dalam materi ini adalah keharusan anak berlatih alat musik ansambel sendiri dan bekerja secara berkelompok. Latar belakang dan karakter siswa yang berbeda, bahkan ada beberapa yang tidak bisa memainkan alat musik disatukan menjadi tim yang harus menyajikan musik ansambel secara kelompok di kelas. Di awal penentuan kelompok, banyak pro dan kontra, bahkan beberapa siswa melakukan "demo" di kelas sampai menyusul ke ruang guru. Mereka ingin berkelompok dengan teman akrab yang sudah dianggap nyaman. Disinilah kesabaran dan kebijaksanaan seorang guru diuji. Demi ketercapaian tujuan pembelajaran, saya harus mempertahankan keputusan sebelumnya. Maka saya coba tolak aspirasi beberapa siswa yang keberatan dengan keputusan yang sudah ditentukan. Semata-mata hanya untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak, agar mereka dapat belajar keluar dari zona nyaman. Saya teringat dengan ucapan seorang motivator bahwa zona nyaman adalah zona yang melenakan. Saya berharap anak-anak tidak terlena dengan kenyamanan, sehingga dapat keluar dari zona tersebut. Keluar dari zona nyaman artinya memperbaiki diri. Banyak cerita saya dengar dari orang-orang sukses, bahwa dalam menggapai impiannya mereka ternyata harus keluar dari zona nyaman.

Seiring waktu berjalan, Alhamdulilah setelah mereka mencoba "dipaksa" keluar dari zona nyaman hasilnya cukup menggembirakan. Kini, sudah terlihat progres latihan yang signifikan. Kreatifitas, tanggungjawab dan kerjasama mulai muncul dalam ruang kelas. Maka pada saat itu saya berani menyimpulkan bahwa ternyata untuk keluar dari zona nyaman itu harus "dipaksa", agar ada tantangan dan perubahan yang lebih baik.

Prof. Imam Robandi guru besar ITS mengatakan, "Jika ingin maju dan berkembang, kita harus keluar dari zona nyaman." Saya menangkap maksud Prof. Iro bahwa kita harus banyak mengorbankan diri kita untuk kemajuan lembaga pendidikan yang kita cintai. Saya coba aplikasikan, pada saat itu saya lebih memilih meninggalkan gelar kesenimanan yang pada waktu itu sedang berada di zona nyaman dan "hijrah" kedunia pendidikan.  Hikmahnya kini lebih nyaman di dunia pendidikan. Meski demikian, banyak tantangan dan beban berat mendera amanah yang dipikul.

Kesimpulannya, keluar dari zona nyaman adalah sebuah pilihan untuk menuju lebih baik.

Bandung, 08 Februari 2017

Berita Terkait