Ekspedisi Galunggung Agung - Perjalanan Tidak Di Duga
- Selasa, 24 Januari 2017
- Dibaca 2115
Dua hari yang begitu menyenangkan kurasa. Setelah tanggal 21 Januari 2017 bersama dengan para siswa kelas 9 ber-Refreshing Course ke Patengan-Ciwidey. Hari Berikutnya tanggal 22 berlanjut dengan Ekspedisi ke Galunggung di Tasikmalaya.
Galunggung adalah gunung yang berada di Wilayah Tasikmalaya. Sebuah gunung yang pada tahun 1982 meletus dengan memuntahkan material-material panas ke sekeliling Tasikmalaya, bahkan muntahan abu nya mencapai jauh keluar Tasikmalaya.
Untuk menempuh perjalanan ke Galunggung kami bertiga – Saya, Ust. Iim dan Ust. Cepi berangkat dari daerah Rawa di Tasikmalaya. Jika dilihat maka daerah rawa ini merupakan bagian dari kaki Gunung Galunggung.Daerah rawa merupakan daerah kelahiran Ust. Iim sekaligus tempat tumbuh kembang beliau hingga mengenyam bangku SMA. Daerah Rawa juga menjadi sebuah tempat “lembur” beberapa Guru Muhammadiyah Antapani Bandung.
Waktu tempuh dari Rawa ke Galunggung kira-kira 45 menit dengan kecepatan 40-50 KM/Jam menggunakan mobil. Sesampainya digerbang pos 1 kami di pungut biaya masuk Rp. 6500/orang, parkir kendaraan pertama Rp. 2000, sesampainya di Post 2 kami pun kembali di pungut biaya parkir Rp. 5000. Biaya yang cukup murah juga untuk melihat eksotisme keindahan Puncak Kawah Galunggung.
Dari gerbang menuju keatas perjalanan yang menanjak di barengi deretan pohon pinus khas wilayah pegunungan menyegarkan udara sekitas. Di sini pengendara Mobil ataupun motor harap untuk berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya. Untuk menuju puncak sebetulnya ada dua jalur. Yang pertama jalur kanan yang akan menuju ke tempat dimana untuk menuju puncak gunungnya kita harus menaiki 900-an anak tangga. Sedangkan untuk jalur kiri kita akan menaiki puncak dengan 510-an anak tangga. Tinggal dipilih saja. Pada kesempatan ini kami bertiga menuju ke tempat dengan 510 anak tangga. Untuk menuju puncak kawah ini maka melewati anak-anak tangga ini bersifat wajib. Tidak ada cara lain. Untuk sewa ojek online ngga akan bisa. Atau mau pake elevator pun hal yang mustahil.
Menaiki anak tangga ini membutuhkan dua komposisi yang apik dalam diri yaitu berpadunya fisik dan mental untuk menaiki tangga. Fisik dibutuhkan sebab yang dilalui adalah anak tangga yang banyak sehingga akan menguras tenaga. Sedangkan mental diperlukan untuk memerangi rasa malas karena dari bawah jika dilihat rangkaian tangga ke atas akan melemahkan mental. Saat mental berkata tidak sanggup maka tenaga pun menjadi hilang. Pandai-pandailah menjaga mental agar tetap optimis dan bertekad untuk mencapai puncak.
Diantara kami bertiga yang sedikit kepayahan menaiki tangga-tangga tersebut adalah Ust. Cepi. Ust Iim berada dalam posisi runner up dan saya mencapai puncak dalam urutan wahid. Setelah perjuang hampir 30-menitan akhirnya kami semua sampai di bibir kawah. Rasa letih dan lelah terbayar sudah. Sebuah kawah-gunung-galunggung-agung yang bersejarah ini sekarang nampak didepan mata. Hamparan warna hijau disekeliling bibir kawah dan dasar kawah pun nampak menambah asri pemandangan ini. Terlihat beberapa tenda-tenda yang melakukan Camp di wilayah kawah. Kami beristirahat sejenak sambil meminum air teh manis panas diwarung sekitar bibir kawah.
Segelas teh manis ini seolah menambah ion-ion yang telah hilang bersama keringat. Saatnya hunting photo eksotis. Menggambarkan bagaimana saat lava panas yang keluar pada saat letusan gunung waktu dulu begitu terasa kedahsyatannya. Dengan bukti diameter kawah yang begitu super besar ini tak heran jika kekuatan letusan Gunung Galunggung di tahun 1982 ini begitu terkenal hingga ke mancanegara.
Kami tidak berniat untuk lebih mendekati ke area kawah dan melihat danau di kawahnya. Hati ini sudah tertawan ingin cepat-cepat untuk berendam di air panas. Untuk itu setelah mengambil beberapa spot pemandangan kami pun bergegas kembali ke bawah, karena pemandian air panas tepat berdekatan dengan gerbang saat kami masuk tadi.
Tiba saatnya kami menyiapkan mental kembali untuk menuruni tangga. Meski sedikit lebih mudah daripada menaiki namun menuruni tangga sedikit menyulitkan saya. Karena tumpuan berada dibetis maka saya punya kelemahan di betis sehingga untuk yang menjadi juara turun tangga itu Ust. Iim, dan saya yang paling bontot.
Di pemandian air panas kami sengaja mengambil kamar mandi untuk tempat kami berendam. Dengan merogoh kocek Rp. 5000, kami sudah dapat menikmati panasnya air pegunungan Galunggung. Setelah selesai melepas penat dan mencairkan ketegangan otot-otot ini kami siap-siap untuk langsung menuju ke UMTAS ( Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya). Tak lupa kami sempatkan waktu untuk beli oleh-oleh. Gula aren merah menjadi tawanan kami dan akan dibawah kerumah sebagai bumbu utama membuat rujak atau untuk bubur kacang. Harganya lumayan terjangkau Rp. 25000, persatu toros. Harga yang merakyat. Ditutup dengan menikmati combro hangat kami pun meluncur ke UMTAS tempat Para SC dan OC dari Olyq akan membahas kegiatan Akbar di April Mendatang.
Antapani – 23 Januari 2017