Sebuah cita-cita besar BJ. Habibie untuk Indonesia – Sebuah Semangat tanpa Batas
  • Rabu, 12 Oktober 2016
  • Dibaca 4817

Kala itu 10 Agustus 1995, Indonesia patut berbangga hasil karyanya dari generasi muda  bisa terbang mengudara dilangit nusantara. Pesawat terbang N250-Gatot Koco terbang untuk kali pertama.  Jutaan mata seluruh dunia menyaksikan peristiwa tersebut. Sosok BJ. Habibie adalah yang berada dibelakang itu, tentunya tidak hanya sendiri seperti yang pernah diungkapkan beliau “Ini bukan buatan saya. Ini hasil karya insinyur-insinyur Indonesia”.  BJ. Habibie saat itu mempunyai semangat yang tinggi untuk meninggikan nilai-nilai serta martabat Indonesia dimata dunia dengan karya buatan anak negeri.

Peristiwa tersebut bertepataan dengan usia  kemerdekaan RI yang ke-50 tahun. Kado istimewa untuk usia di setengah abad kemerdekaan.  Banyak yang menyangsikan akan semangat ini. Sebab dilihat dari potensi alam Indonesia yang agraris sepertinya kurang tepat jika dijadikan sebagai negara industri utamanya pesawat terbang. Sebuah keputusan lompatan teknologi yang begitu tinggi dan berani.

Sebagian memandang dengan sinis dan pesimis, sebagian optimis dan berharap bahwa cita-cita  ini akan berhasil dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Bagi sebagian orang yang menyangsikan hal tersebut sepertinya harus melihat hal lain dibalik maksud dan tujuan luhur dari seorang BJ. Habibie.

Dibalik semangat BJ Habibie yang “keukeuh” ingin membuat pesawat terbang  mandiri, ternyata terkandung satu keinginan luhur.  Indonesia sebagai Negara kepulauan dan maritim menurut beliau adalah sangat membutuhkan transportasi yang cepat. Pemerataan ekonomi bisa cepat tercapai jika satu pulau dengan pula lainnya bisa terkoneksi dengan cepat. Ambil contoh misalnya apabila satu daerah akan mengirimkan hasil pertaniannya, kalau ditempuh dengan jalur darat maka akan menghabiskan waktu yang panjang bahkan hasilnya akan rusak duluan sebelum sempat sampai. Berbeda dengan menggunakan kapal dan pesawat terbang. Waktu tempuh bisa dipangkas. Sehingga pemerataan produk baik itu hasil tani. tambang, hasil bumi dan yang lainnya bisa tercapai.

Disamping itu juga terkandung harapan bisa terpeliharanya  persatuan dan mempercepat, pertumbuhan ekonomi bangsa. Transportasi laut dan udara dapat termaksimalkan untuk melancarkan roda perekonomian. Indonesia tidak mungkin hanya jalur darat  Sebagai negara maritim maka perlu kapal dan pesawat terbang untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh transportasi darat maupun laut.

Sebuah cita-cita yang luhur, dan cerdas dalam melihat fenomena. Indonesia negeri besar. Bayangkan untuk menempuh jarak dari ujung sabang hingga merauke (barat hingga timur) dengan pesawat terbang memerlukan waktu 9 jam, dengan waktu tersebut di Eropa melewati 20 negara. Jika Indonesia ingin maju,  perekonomian merata maka pemikiran untuk kembali membangunkan Industri Penerbangan kiranya tepat. Tentu saja dengan semangat memperbaiki dari kekurangan-kekurangan pada masa lampau.   Sekarang dunia Industri penerbangan kita sedang tidur, entah kapan bangkit kembali disaat yang tepat. Semoga para generasi muda Indonesia yang cinta dengan negerinya bisa meneruskan cita-cita yang sempat tertunda. Mandiri teknologi, tidak dijajah asing.

Semoga dengan catatan kecil ini muncul generasi muda yang betul-betul cinta dengan tanah airnya. Utamanya dari kalangan pelajar di komplek perguruan Muhammadiyah Antapani, belajar yang rajin, bercitalah setingginya, karena saat terjatuh pun kamu akan berada diantara bintang-bintang. (SAN )

Dari berbagai sumber.

Gambar : GlobalSecurity.org