MEMBACA DAN KERAMAHAN ADALAH RUH SEKOLAH
- Sabtu, 30 Juli 2016
- Dibaca 2100
“Karena membaca adalah ruh utama kegiatan persekolahan,” ungkap Taofik Yusmansyah, Kepala SMP Muhammadiyah 8 Antapani Bandung (SMPM 8). Senin, 25 Juli yang lalu SMPM 8 meluncurkan dua program sekaligus, yakni program literasi dan program sekolah ramah. Program literasi diluncurkan sebagai bagian dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Nasional yang di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan melalui West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Sementara program sekolah ramah, di SMPM 8 dilaksanakan melalui pendidikan perdamaian yang bekerja sama dengan Peace Generation Indonesia. Pendidikan perdamaian ini mengajarkan 12 nilai perdamaian melalui cara yang asyik dan menyenangkan. “Program ini adalah salah satu upaya menyambut deklarasi ‘Jabar Tolak Kekerasan Anak’ melalui sekolah ramah”, lanjut Taofik. Lebih jauh, sekolah ramah ini juga adalah sebagai upaya mewujudkan Bandung sebagai Compassionate City melalui Compassioante School.
Lebih dari sekedar penyambutan Jabar Tolak Kekerasan, SMPM 8 meluncurkan sekolah ramah karena ternyata sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jumlah kekerasan di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan di rumah. Meskipun sebenarnya benih kekerasan itu terbentuk di (lingkungan) rumah, demikian diungkapkan Irfan Amalee, Co-Founder Peace Generation. Irfan menyebutkan, perbandingan angka kekerasan di sekolah dengan rumah cukup tinggi. Kekerasan domestik masih dalam kisaran 30.000 kasus. Sedangkan kekerasan di sekolah lebih dari 900.000 kasus. Kekerasan domestik menyebabkan anak menjadi korban. “Tapi kemudian, di sekolah, anak menjadi pelaku kekerasan, “ lanjutnya didampingi Co-Founder Peace Generation lainnya Erik Lincoln.“Fakta-fakta inilah yang menjadikan SMPM 8 merasa bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman konseptual dan praktis kepada seluruh siswa melalui pendidikan perdamaian,” Taofik menguatkan.
GLS dan WJLRC adalah bagian dari Pendidikan Budi Pekerti yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Disdik Provinsi Jawa Barat. Sementara keramahan dan kesantunan adalah adalah diantara penanda budi pekerti yang baik. “Relevansinya sangat kuat antara program literasi dan program sekolah ramah-damai. Kami ingin menjadi bagian dari pembentukan masa depan Indonesia yang lebih literat dan beradab,” tandas Hasan Arif, salah satu ketua Muhammadiyah Kota Bandung.
Selain dimeriahkan dengan penampilan angklung SMPM 8 dan solo vokal Ananda Amel, kegiatan tersebut juga ditandai dengan pemberian secara simbolis Box of Knowledge and Wisdom kepada siswa/i serta penandatanganan spanduk komitmen pelaksanaan literasi dan respect for all oleh sivitas akademika SMPM 8. Membaca adalah menjadi manusia adalah spanduk tagline yang terpasang di SMPM 8. Hal itu seakan-akan menegaskan bahwa untuk menjadi manusia (yang fitrah-suci-baik), maka membaca adalah kuncinya.